PDIP terbukti masih menjadi partai politik yang didukung masyarakat Indonesia. Menurut hasil survei Populi Center pada Desember 2021, sebanyak 20,5% warga akan memilih PDIP apabila pemilu legislatif digelar dalam waktu dekat.

Namun, meski PDIP masih paling unggul dari partai lainnya, ada penurunan elektabilitas sebanyak 1,8% dibandingkan hasil survei bulan lalu.
Sementara elektabilitas Gerindra naik 1,3%, begitu pun Demokrat yang mengalami kenaikan 2,1% sejak November 2021. Populai mengungkap hanya ada 6 parpol yang lolos parliamentary threshold 4%.
“Data menunjukkan terdapat 6 partai yang mendapat persentase elektabilitas di atas 4 (empat)%, yakni PDIP dengan 20,5%, Gerindra dengan 13,1%, Demokrat dengan 9,6%, Golkar dengan 8,3%, PKB dengan 8,2%, dan PKS dengan 7%,” kata Peneliti Populi Center Nurul Fatin dalam pemaparan hasil survei, Senin (20/12).

Sementara NasDem, PPP, dan PAN masuk ke deretan partai politik yang mendapat persentase suara di bawah 4%. Adapun sejumlah partai seperti Partai Ummat, PKPI, dan Partai Berkarya mendapat 0 suara.

“NasDem (3,9%), PPP (2,8%), PAN (1,7%), Perindo (1,2%), PSI (0,7%), Gelora (0,3%), PBB (0,3%), Hanura (0,3%), dan Garuda (0,3%). Tidak ada responden yang memilih Partai Ummat, PKPI, dan Berkarya pada survei kali ini. Sisa angka masuk kategori tidak tahu/tidak jawab,” jelas Nurul.

Pemerhati politik dari Universitas Islam Internasional Indonesia, Phillips J Vermonte, menilai peningkatan elektabilitas Partai Demokrat menarik. Menurutnya, hasil survei menunjukkan bahwa Demokrat berhasil menarik pemilih-pemilih muda.

“Catatan penting kita lihat ada lonjakan tinggi terhadap dukungan ke Demokrat. Mungkin akhir-akhir ni terlihat konsolidasi yang membuat tingkat dukungannya jadi masuk 3 besar. Mungkin ini juga terkait pemilih muda, Demokrat sejauh ini mungkin dipahami pemilih-pemilih muda. Ini dicitrakan Ketum. Ini akan jadi modal yang baik,” kata Phillips dalam kesempatan yang sama.

Namun, politikus Golkar Zulfikar Arse Sadikin yang turut hadir menilai tingginya elektabilitas Demokrat adalah hasil kinerja kader di parlemen. Ia berpendapat, naiknya kepercayaan publik kepada Demokrat disebabkan sikap kader Demokrat di parlemen yang mengikuti kemauan masyarakat dalam sejumlah isu.

“Kalau kepuasan publik terhadap rezim tinggi, yang dapat insentif partai yang memerintah, the ruling partai. Di 2009 katakan, rezim Demokrat dinilai masyarakat bagus, insentifnya ke Demokrat. Ini sama juga 2014, 2019, Pak Jokowi, insentif ke PDIP. Tapi karena saya Golkar, bisa dapat insentif dari the ruling party kalau bisa posisikan dengan tepat,” ujar Zulfikar.

“Kita ini presidensil, tidak harus selalu linear antara legislatif dan eksekutif. Katakanlah walaupun Golkar usung Pak Jokowi, dan untuk itu Golkar dapat tempat di pemerintahan, tapi di DPR bisa aja kita berbeda. Bisa saja kita kritik kalau menyangkut hajat hidup orang banyak. Nah, ini yang dilakukan Demokrat, mereka mampu menempatkan diri, menyesuaikan dengan denyut nadi publik,” tandas dia.

Survei dilakukan pada 1-9 Desember 2021 melalui wawancara telepon. Responden dipilih secara acak dari populasi pemilih yakni penduduk berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dari basis data populasi survei Populi Center sejak tahun 2013-2021.

Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling). Pengacakan responden dilakukan pada tingkat provinsi. Adapun margin of error pada survei ini sebesar ±2,83% dengan tingkat kepercayaan 95%.

sumber: kumparan.com